Kita hanya butuh menerapkan beberapa peraturan, termasuk izin mengakses internet hanya pada hari libur, keharusan untuk ditemani mama/ papa, dan memberikan pengertian situs-situs apa yang tidak boleh dibuka karena tidak ada manfaatnya untuk dibuka, serta membatasi waktu untuk anak boleh ’berkelana’ di dunia maya.
Batasi penggunaan internet/komputer, misalnya hanya 30 menit setiap hari. Tentunya harus disesuaikan dengan usia anak dan kebutuhannya. Anak-anak itu juga harus diberi perngertian bahwa PR, tugas sekolah, maupun tugas-tugas lain harus diselesaikan dulu sebelum mereka main internet/komputer. Jadikan internet/komputer sebagai reward yang akan didapat sesudah melaksanakan kewajiban, sehingga mereka juga lebih menghargai waktu berkomputer/berinternet mereka.
Komputer sebaiknya juga diletakkan di ’tempat umum’ di dalam rumah, agar anak tidak mengisolasi diri dari orang-orang di sekitarnya, dan orangtua juga bisa sekaligus ’mengintip’ apa yang diakses anak. Bila perlu, Mutiara menganjurkan agar orangtua duduk bersama anak agar anak merasa mendapat dukungan, dan orangtua pun merasa yakin, apa yang dilakukan anak adalah hal-hal yang aman.
Agar anak tidak keasyikan di dunia maya, selalu hubungkan minat anak selama bermain komputer dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya, bila ia menyukai permainan binatang di dalam sebuah game, ajaklah ia juga berkunjung ke kebun binatang atau memelihara binatang di rumah. Atau bila ia menyukai permainan polisi atau tentara di komputer, ajaklah ia sesekali berinteraksi dengan pak polisi atau tentara sungguhan.
Semua itu akan membuat anak ingin tetap bersosialisasi dengan lingkungan dan tidak hanya terpaku pada permainan yang ada di komputer/internet. Sebaiknya orangtua juga menyediakan alternatif kegiatan lain untuk mengisi waktu anak agar tidak hanya bergantung pada komputer seperti bermain sepeda, atau berkebun.
Orangtua sendiri tentunya jangan terus menerus berada di depan komputer, terus menerus main game di komputer, terus-menerus berselancar di internet, atau terus-menerus sibuk dengan Blackberry-nya tanpa batas. Anak-anak belajar dengan meniru, lho! Jika dilihatnya orangtua bisa melakukan semua itu tanpa batas, ia pun akan melakukan hal yang sama.
Dunia maya dengan segala daya tariknya – game-game favorit, kesempatan untuk memainkan tokoh-tokoh tertentu, kesempatan untuk tidak menjadi diri sendiri, berpura-pura kuat, sakti, atau menemukan teman-teman baru tanpa harus bertatap muka -- semua itu bisa menjadi kesempatan yang sangat menyenangkan, terlebih bagi si pemalu, atau anak yang kurang percaya diri.
Namun, bagi anak yang tidak bermasalah sekalipun, image, animasi, atau bunyi-bunyian dari komputer atau internet yang bisa berubah-ubah dan berganti-ganti, tetaplah sangat menarik dan imajinatif. Menghadapi semua itu tentu Anda tak boleh lengah, seperti kata Cynthia Edwards, Ph.D., profesor psikologi di Meredith College di Raleigh, NC, “Mulailah berkomunikasi dengan anak sejak dini, dan jagalah agar komunikasi itu bisa tetap lancar.”
Sum : Binaamal
Editor : Rudi Tralala